Rabu, 28 April 2010

Analisa Usaha Pemeliharaan Indukan Ayam Kampung

Beberapa customer kami sempat berkonsultasi mengenai usaha pemeliharaan indukan ayam kampung secara intensif untuk dijual telur tetas. Kami tidak berani memberikan keputusan mengenai kelayakan usaha ini dikarenakan pengalaman sendiri dan hanya memberikan gambaran saja mengenai usaha ini. Namun gambaran ini merupakan best practice kami dan kami pun bisa saja salah.

Asumsi : 
  1. Pemeliharaan secara intensif ayam kampung 100 ekor betina untuk indukan dibutuhkan 20 ekor pejantan atau 10 ekor apabila menggunakan metode kawin suntik.
  2. Jumlah telur yang dihasilkan oleh betina ayam kampung 120btr/thn (tanpa kendala seperti kematian dan penyakit dan telor pecah) atau 120/365 = 32.8% per hari.
  3. Harga pakan berdasarkan harga jagung giling Rp 2.500/kg adalah Rp 3.350/kg (harga per 28/4/2010). Dan pada saat panen raya harga pakan di angka Rp 2.900/kg.
  4. Harga telor tetas di angka Rp 1.200/btr
  5. Modal dan biaya lainnya tidak dihitung.
Pendapatan produksi telor per hari untuk 100 ekor betina :
100ek * 33% * Rp 1.200 = Rp 39.600 /hari
Biaya pakan per hari untuk 100 ekor betina + 10 ekor pejantan:
110ek * 120gr * Rp 2.900 = Rp 38.280 /hari
Pendapatan per hari dari selisih biaya dan penjualan telor:
Rp 39.600 - Rp 38.280 = Rp 1.320 

Silahkan dipelajari dan dikalkulasi sendiri berdasarkan asumsi yang lebih nyata.

Namun kenapa sampai sekarang DOC ayam kampung masih tetap bisa dihasilkan? Untuk menjawab pertanyaan ini kita harus melihat kebelakang proses produksi DOC yang telah berlangsung sejak dahulu.

  • Telur tetas ayam kampung yang ada di pasaran berasal dari ternak umbaran, yang cost nya tidak terlalu besar karena indukan mencari makan sendiri.
  • Telur-telur ini kemudian dibeli oleh para pengepul atau langsung ke penetas.
  • Penetas membeli telur dari para pengepul.
  • DOC didistribusikan melalui para pengepul DOC atau langsung ke peternak.
Dari proses produksi ini dapat dilihat bahwa ada beberapa pihak yang saling diuntungkan :
  1. Peternak ayam umbaran
  2. Pengepul telur tetas
  3. Penetas
  4. Pengepul DOC
Proses saling menguntungkan inilah yang menyebabkan usaha ayam kampung tetap berjalan sampai sekarang.

Jadi apakah tidak ada jalan lain untuk meraih keuntungan dari usaha memelihara indukan ayam kampung untuk diambil telur tetasnya? Tentu saja ada...Berikut beberapa cara hasil analisa kami:
  1. Memelihara induk unggulan yang mampu menghasilkan produksi telur setidaknya 45% ke atas.
  2. Pemeliharaan dilakukan secara umbaran.
  3. Memperbesar populasi sehingga ada efisiensi biaya.
  4. Memahami teknik dan manajemen ternak yang baik.
  5. Bisa membuat pakan dengan cost murah.
  6. Menetaskan sendiri telur tetas yang dihasilkan
  7. Menjual sendiri hasil DOC yang dihasilkan.
  8. dan cara2 lain yang mungkin belum terpikirkan oleh kami.
artikel oleh Harry Bedjono, founder SRF

Kami siap bertukar pikiran dengan Anda, kirimkan artikel Anda.

5 komentar:

  1. Saya sependapat Pak Harry, untuk menghasilkan telur tetas sendiri memang marginnya tipis. Akan lebih menguntungkan bila berburu sendiri ke peternak ayam umbaran atau pengepul telur asalkan jeli seleksi telurnya

    BalasHapus
  2. mau tanya pak.klo di indukan di pelihara umbaran formulasi ransum nya apa saja???berapa gram sehari?

    BalasHapus
  3. @^ : Untuk pemeliharaan umbaran bisa mengguanakan biji2an seperti jagung, beras, dedak, dll. Untuk informasi tentang umbaran kami sendiri tidak mempunyai pengalaman. Terima Kasih.

    BalasHapus
  4. Penetasan broiler saja ada untungnya pak! harga DOC juga sama! pakan lebih murah lagi...kok bisa rugi....buktinya semakin banyak usaha penetasan sekarang, apa perhitungan sudah betul?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Penetasan broiler semua proses dari hulu sampai hilir dikuasai oleh Pabrik. Ada juga subsidi silang dari divisi feed(pakan) apabila harga doc jelek.

      Hapus