Senin, 15 Juli 2013

Harga Ayam Kampung 2013 Pecahkan Rekor

Tahun 2013 benar2 menjadi tahun keberuntungan bagi peternak ayam kampung. Bagaimana tidak, sudah hampir 3 pekan (akhir Juni) harga kampung memecahkan rekor sejak 2009 berada di level Rp 29.000/kg - Rp 30.000/kg, berdasarkan info harga di daerah karesidenan Kediri dan Madiun. Panen pun masih langka, sebagian besar sudah merupakan pesanan rumah makan/warung ayam goreng.

Diperkirakan puncak tertinggi pada H-4 sampai Idul Fitri diatas Rp 30.000/kg. Kemudian berangsur2 melandai di kisaran Rp 27.000/kg. Kemungkinan besar harga masih stabil baik sampai bulan Oktober.

Di lain pihak, banyak kasus outbreak Gumboro yang sangat merugikan peternak dengan kesakitan mencapai 100% dan kematian mencapai 50%. Sebagai bahan pertimbangan, apabila daerah ternak tidak pernah terkena virus Gumboro ada baiknya tidak perlu di vaksin Gumboro. Info lebih lanjut bisa dilihat disini.

Penyakit Gumboro dan Penanganannya

Seperti diketahui untuk menggapai performa optimal, kesehatan ayam harus terjaga prima. Oleh karena itu, menjaga kesehatan ayam dari serangan penyakit adalah hal yang mutlak. Tugas tersebut tidaklah selalu mudah karena seiring dengan waktu, masing-masing penyakit juga mengembangkan cara sendiri untuk menembus pertahanan yang dibuat peternak. Hal ini diperlihatkan dari beberapa penyakit yang masih tetap eksis di Indonesia, salah satunya ialah Gumboro.

Gumboro (infectious bursal disease/IBD), penyakit yang muncul pertama kali di daerah Dellaware (Amerika Serikat) di tahun 1957 ini, masih tetap ada hingga kini di Indonesia. Seluruh tipe ayam mulai dari pedaging, petelur, pembibit, pejantan dan juga buras rentan terhadap Gumboro.

Menelusuri catatan penyakit di Indonesia, kita akan menemukan bahwa Gumboro sempat menyebabkanoutbreak di tahun 1991. Adalah strain very virulent infectious bursal disease (vvIBD) yang menyebabkan outbreaktersebut. Virus ini juga menyebabkan outbreak Gumboro di Eropa tahun 1987. Pada outbreak di Indonesia, tingkat kesakitan mencapai 100% sedangkan tingkat kematian hingga 30% pada pedaging dan 60% pada petelur (Ignatovic et al., 2003)

Semenjak itu, kejadiannya berlangsung sporadik (tidak teratur dan tersebar) di Indonesia hingga sekarang. Data Technical Service Medion memperlihatkan bahwa Gumboro selalu berada di 10 besar penyakit selama 2006-2009 baik di ayam pedaging maupun petelur. Hal ini mengindikasikan penyakit ini masih tetap mengintai di sekitar kita.

Kenali Penyebab Gumboro

Penyakit ini disebabkan oleh virus IBD yang berasal dari famili (keluarga) virus Birnaviridae dan genusAvibirnavirus. Virus ini memiliki dua serotype yaitu I dan II. Hanya serotype I yang patogenik (menimbulkan sakit) pada ayam. Serotype II menyerang kalkun dan tidak patogenik pada ayam.


Virus Gumboro dengan mikroskop elektron
(Sumber : www.answers.com)

Struktur virus ini tidak beramplop, berbentuk simetris ikosahedral dan berisi dua utas rantai RNA (Ribonucleic Acid) (en.wikipedia.org). Dikarenakan tidak beramplop, virus ini memiliki kelebihan yaitu lebih stabil terhadap perubahan di lingkungan. Virus Gumboro tetap stabil dalam rentang pH yang luas (2-8), terpapar enzim proteolitik di usus seperti tripsin dan panas (60oC selama 30 menit tetap infektif) (MacLachlan dan Stott, 2004).MacLachlan dan Stott (2004) juga menyatakan bahwa virus IBD masih bisa ditemukan di kandang yang telah dipanen lebih dari 100 hari (tanpa didesinfeksi). Juga tahan terhadap sebagian besar golongan desinfektan kecuali Formades, Desinsep, Sporades, Antisep dan Neo Antisep.