Senin, 27 Januari 2014

Harga Ayam Kampung Awal 2014

Seperti yang kita alami, curah hujan tahun ini lebih tinggi dari tahun2 sebelumnya. Banjir bermunculan di berbagai tempat mulai dari Jakarta, Semarang, Pati sampai Manado menyebabkan tingkat konsumsi ayam turun drastis. Hal yang tidak pernah disangka akan terjadi di awal tahun.

Dilain pihak, kondisi ekonomi yang sedang resesi terkena himpitan dollar (Rp 12.300) menyebabkan sebagian besar bahan ransum ternak mengalami kenaikan harga. Naiknya harga bekatul karena proses penggilingan padi yang menurun menyebabkan pakan alternatif-pun mengalami kenaikan. Beban peternak menjadi berlipat.

Satu sisi ayam sulit panen namun biaya terus membengkak. Peternak berada dalam situasi yang krisis. Harapan peternak di Jawa ada pada Jakarta. Begitu supply ke Jakarta lancar, diharapkan harga mulai membaik. 

Dari pantauan kami, harga mulai akhir Desember 2013 yang sempat pada posisi Rp 25.000/kg terus melandai sampai pada puncaknya Rp 21.000/kg (Kediri, Blitar), Rp 22.000/kg (Jogja). Harga mungkin tidak akan mendapatkan koreksi naik menjelan Imlek, lebih merupakan peluang untuk keluar hasil panen. Semoga bulan Februari seiring musim hujan mulai reda merupakan titip terang dalam resesi ini.

Pencegahan Penyakit Musim Penghujan

(pic: duniaternak.com)

Curah hujan tinggi memicu munculnya banyak penyakit. Yang paling sering adalah gangguan saluran pernafasan seperti Snot/Coryza, CRD, Coli dan outbreak Gumboro.

Sebenarnya banyak kasus pernafasan yang penyebabnya sederhana namun kurang diperhatikan. Contohnya sirkulasi udara yang kurang baik, terutama pada musim penghujan, kelembaban udara yang tinggi dan angin mati menyebabkan kotoran basah. Kadar amoniak jadi naik.

Amoniak menjadi faktor utama penyakit pernafasan dan pengobatan yang tidak kunjung sembuh. Pengobatan antibiotik bisa jadi kurang mempan dan sering disalahartikan dosis yang kurang dan kadang ada juga peternak nekat yang memeberikan antibiotik dengan dosis double.

Hujan Awal Tahun 2014

Polar Vortex dan Indonesia


Mulai akhir Desember 2013 sampai bulan Januari 2014, Indonesia mengalami curah hujan yang cukup tinggi dan berkepanjangan. Hal ini merupakan efek dari pemanasan global, sehingga menyebabkan "arus cuaca" macet, efeknya satu musis terasa lebih lama.

Seperti disampaikan pada artikel berikut.

Kepala Pusat Perubahan Iklim dan Kualitas Udara, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Edvin Aldrian mengungkapkan, polar vortex yang menyerang Amerika Serikat tersebut terbentuk di kutub utara di Kanada. Aliran udara dingin yang berputar berlawanan dengan arah jarum jam ini sebenarnya hanya terkonsentrasi di wilayah kutub. Tetapi saat melemah atau karena perbedaan suhu dan tekanan dengan wilayah di lintang lebih rendah, polar vortex bisa menjalar lebih ke selatan.

Penjalaran hingga wilayah yang jauh ke selatan ini merupakan kontribusi pemanasan global. ‘’Pemanasan global menyebabkan temperatur di wilayah tropis lebih tinggi. Temperatur lebih tinggi berarti tekanan lebih rendah. Udara bergerak dari tekanan tinggi ke rendah,’’ ungkap Edvin.