Seperti yang kita alami, curah hujan tahun ini lebih tinggi dari tahun2 sebelumnya. Banjir bermunculan di berbagai tempat mulai dari Jakarta, Semarang, Pati sampai Manado menyebabkan tingkat konsumsi ayam turun drastis. Hal yang tidak pernah disangka akan terjadi di awal tahun.
Dilain pihak, kondisi ekonomi yang sedang resesi terkena himpitan dollar (Rp 12.300) menyebabkan sebagian besar bahan ransum ternak mengalami kenaikan harga. Naiknya harga bekatul karena proses penggilingan padi yang menurun menyebabkan pakan alternatif-pun mengalami kenaikan. Beban peternak menjadi berlipat.
Satu sisi ayam sulit panen namun biaya terus membengkak. Peternak berada dalam situasi yang krisis. Harapan peternak di Jawa ada pada Jakarta. Begitu supply ke Jakarta lancar, diharapkan harga mulai membaik.
Dari pantauan kami, harga mulai akhir Desember 2013 yang sempat pada posisi Rp 25.000/kg terus melandai sampai pada puncaknya Rp 21.000/kg (Kediri, Blitar), Rp 22.000/kg (Jogja). Harga mungkin tidak akan mendapatkan koreksi naik menjelan Imlek, lebih merupakan peluang untuk keluar hasil panen. Semoga bulan Februari seiring musim hujan mulai reda merupakan titip terang dalam resesi ini.
Yang bisa dilihat dari resesi ini adalah adanya peluang ayam kurang pada bulan Maret. Sehingga yang pada saat ini tetap bertahan dengan chick-in kiranya mendapatkan pulihan pada bulan Maret ke atas. Diluar semua kesulitan yang sedang dihadapi, tetap yakin bahwa selalu ada cara untuk memperbaiki keadaan. Seperti pepatah Cina
危机 (wei ji) dalam bahasa China yang berarti krisis. Jika kata tersebut dipisahkan “Wei” berarti bahaya dan ”Ji “ berarti peluang. Dalam pepatah cina kuno, a crisis in an opportunity riding the dangerous wind, dimana Krisis sebenarnya mempunya wajah ganda yaitu bahaya dengan situasi yang menyulitkan dan peluang atau kesempatan untuk meraih keuntungan.
Tinggal bagaimana kita mengusahakannya. (Ali-SRF)
Untuk info harga dari daerah lain bisa berpartisipasi melalui komen dibawah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar