Senin, 28 Januari 2013

Pasokan Jagung Turun, Harga Pakan Digoyang

Suplai jagung dunia dan nasionalt erus turun hingga akhir tahun, harga pakan diprediksi naik lagi

Memasuki Agustus 2012, kabar tidak sedap terkait kenaikkan harga pakan unggas kian santer. Informasi rencana kenaikan harga ini sudah menyebar di kalangan peternak. Jajang peternak broiler (ayam pedaging) asal Bandung Jawa Barat, mendapat informasi bahwa harga pakan broiler di Agustus akan naik Rp 250 per kg atau bisa sampai Rp 6.350 per kg. Sebelumnya di Juni sudah naik Rp 150 per kg dan Juli Rp 200 per kg. “Jika sampai benar-benar naik, ini berarti yang ke tiga kalinya tahun ini. Otomatis, harga pokok produksi kita pun pasti naik lagi,” sesal Jajang. 
 Hal yang sama diperkirakan terjadi terjadi pada pakan layer (ayam petelur). Sentot Wibowo, peternak layer asal Brebes Jawa Tengah mendapat informasi bahwa untuk pakan jadi akan naik Rp 250 per kg dan untuk konsentrat akan naik Rp 400 per kg. Sebelumnya pun kenaikan harga pakan layer sudah terjadi sebesar Rp 350 per kg. “Informasi rencana kenaikan harga ini diperoleh dari para technical service,” katanya. 

Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Pakan Indonesia (GPMT) Desianto Budi Utomo mengungkapkan, gunjang-ganjing kenaikan harga pakan dipengaruhi harga bahan baku yaitu jagung dan kedelai sudah naik. Yang paling berpengaruh adalah kenaikan harga jagung karena komposisi penggunaan dalam formulasi pakan 50 – 55 %. 

Ia menjelaskan, faktanya saat ini harga jagung internasional naik menjadi Rp 3.050 - 3.100 per kg. Bila dibandingkan dengan awal Februari lalu, harga jagung ini naik Rp 400 - 600 per kg dari Rp 2.400 per kg. Diperkirakan harga jagung akan merambat naik lagi dalam waktu dekat hingga Rp 4.000 per kg. “Kenaikan harga jagung sampai Rp 600 per kg, bisa berimbas pada kenaikan harga pakan Rp 300 per kg,” jelas Desianto. 

Pasokan Jagung 

Kenaikan harga jagung dunia dipengaruhi oleh produksi jagung dari Amerika Serikat (AS) sebagai salah satu pemasok terbesar jagung dunia, yang diprediksi menurun sekitar 30 % tahun ini. Penurunan ini terjadi akibat musim kering yang merusak tanaman jagung terutama di wilayah AS bagian tengah sebagai sentra produsen jagung. 

Departemen Pertanian AS pun menurunkan prospek untuk produksi jagung domestik sebesar 12 %. Seperti dikutip dari Bisnis Indonesia, kondisi ini berimbas pada harga jagung di bursa CBOT (Chicago Board of Trade yang mencapai US$ 7,88 per bushel (25,4 kg) pada minggu kedua Juli 2012 atau naik sekitar 0,8 % dari harga sebelumnya. 

Kenaikan harga jagung tersebut, berdampak cukup signifikan terhadap harga pakan di Indonesia. Data GMPT (Asosiasi Produsen Pakan Indonesia) menunjukkan pasokan, jagung untuk industri pakan secara berflutuatif dalam beberapa tahun terakhir masih bergantung pada impor sekitar 20 – 50 %. Tercatat pada 2011 kebutuhan jagung untuk industri pakan berkisar 6 juta ton. 

Menurut Desianto, dengan adanya peningkatan kebutuhan industri peternakan, tahun ini diprediksi kebutuhan jagung industri pakan naik menjadi sekitar 6,75 juta ton tahun ini. Meski kebutuhan jagung naik, namun pasokan untuk jagung impor diprediksi menurun. Total impor jagung oleh industri pakan sepanjang 2012 diestimasi sekitar 1,5 juta ton. Masih jauh lebih rendah dari realisasi tahun lalu yang 3,1 juta ton. 

Faktanya, lanjut Desianto, sampai Juli 2012 impor jagung untuk pakan hanya sekitar 750 ribu ton atau 50 % dari kuota impor yang ditetapkan pemerintah sebesar 1,5 juta ton. Turunnya permintaan jagung impor dipengaruhi pasokan jagung lokal berlimpah di semester I, karena masa panen raya jatuh di kurun waktu tersebut. Namun, memasuki semester II 2012, jagung sudah mulai langka, dan dipastikan impor akan terus bertambah sampai akhir tahun. “Pasalnya masa panen raya sudah lewat,” kata Desianto. 

Surutnya pasokan jagung lokal dibenarkan pihak Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan). Menurut Bambang Sugiharto, Kasubdit Pengembangan Jagung Budidaya Serelia Ditjen Tanaman Pangan, dengan pola tanam jagung lokal yang tidak merata sepanjang tahun, memungkinkan adanya pola panen yang juga tidak merata. 

Ia menjelaskan, periode panen paling tinggi sekitar 52 % pada Januari - April, lalu sekitar 29 % dipanen pada Mei - Agustus, dan sisanya sekitar 19 % dipanen pada September - Desember. Untuk panen Mei - Agustus tahun ini diperkirakan mencapai angka 4.936.059 ton atau turun hingga 50 % dari periode panen Januari - April. 

Sumber : Majalah Trobos edisi Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar