Permintaan bebek sepanjang tahun ini terus mengalami permintaan, terutama pada saat musim panen padi. Karena pada saat panen padi harga dedak (katul) biasanya murah. Perlu diketahui katul menyumbang hampir 70%-85% ransum bebek pada peternakan rakyat.
Pola pemeliharaannya pun masih bisa dibilang tradisional. Bebek yang diangon (liar) masih banyak di daerah Jawa Barat. Begitulah sifatnya, musiman, maka pada saat panen padi mulai langka, harga dedak meroket, dan biasanya animo beternak bebek menurun.
Bulan Septermber ini harga daging bebek mulai terjun bebas, info yang didapat berasal dari harga telor bebek yang turun (di Blitar tidak sampai Rp 1000/btr) menyebabkan afkir massal. Afkir besar besaran menyebabkan harga daging bebek murah. Harga di daerah Tulungagung, Blitar, Jombang Rp 18.000/kg.
Menjelang momen Idul Adha harga masih tidak terpengaruh. Harapan peternak, gelombang afkir segera reda dan diikuti naiknya harga telor bebek dan daging bebek.
Lain cerita dengan salah satu primadona peternak Ayam Arab. Hasil pantauan kami selama 2 tahun terakhir ayam arab menjadi primadona karena harga telor yang stabil. Walaupun sempat goyah menjelang hari raya Indul Fitri kemarin, dimana telor sempat tidak laku, namun hanya sebentar.
Harga telor dalam 2 tahun ini selalu di atas Rp 1.200/butir. Bahkan per hari ini (10/10) kembali tembus di Rp 1550/butir (Harga Karisidenan Kediri). Bisa dibayangkan untung yang diraup dengan
beternak ayam arab. Dengan asumsi ramsum 75-85gr/ekor dan harga pakan petelor Rp 4.500/kg, maka peternak dengan populasi 1000 ekor dapat menghasilkan telor 750butir (Hen day rata2 di 55%-82%). Maka dengan asumsi tersebut, dengan biaya pakan yang hanya Rp 382.500 (0.085kg/ek*1000ek*4500/kg) menghasilkan penjulan telor Rp 1.162.500 (750btr*1550/btr). Tentunya masih belum termasuk biaya operasional dan penyusutan. Tidak dapat dipungkiri dengan perhitungan yang sangat menggiurkan tersebut tidak salah menyebut ayam arab sebagai primadona tahun 2014.
Sebagai bocoran internal kami, permintaan bibit (doc), pullet dari peternak lokal maupun luar daerah di Sumber Rejeki Farm sudah telat sejak 2 tahun ini. Rata2 peternak harus menunggu 1.5-2 bulan. Tak jarang pula peternak yang terpaksa harus gigit jari. (SRF-sales)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar