sumber pic : trobos
Harga jagung terus merangkak sejak akhir tahun 2015 dan puncaknya pada bulan Januari harga jagung tembus Rp 7000/kg. Hal ini menyebabkan produksi ayam petelur maupun pedaging jadi tidak stabil.
Kenaikan bahan baku jagung yang merupakan hampir 50% bahan baku ransum ayam, menyebabkan peternak mulai mencoba berbagaimacam alternatif. Mulai menggunakan campuran gandum, mengurangi kadar jagung, atau berganti menggunakan pakan pabrikan langsung (complete feed).
Permasalahan tidak berhenti sampai di sana, berdasarkan data kami, pada saat bulan Januari adalah puncak dari panas ekstreem yang melanda di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa. Maka dengan kondisi jagung mahal, qualitas pakan yang tidak stabil, ditambah dengan cuaca yang kurang mendukung hasilnya panen maupun produksi telor jeblok.
Munculnya anomali, biasanya memasuki musim penghujan Januari - Februari, hampir bisa diperkirakan harga komoditi ayam turun, pasalnya permintaan menurun. Namum bisa jadi karena HPP yang tinggi bisa jadi penyebab harga ayam maupun telor jadi tinggi. Secara kuantitas barang yang beredar di pasar memang tidak terlalu banyak namun seimbang dengan permintaan. Sehingga kenaikan HPP masih bisa diimbangi kenaikan harga daging oleh pasar.
Pada bulan2 ini peternak masih menunggu kebijakan pemerintah untuk menormalkan kembali harga jagung. Kebanyakan menunda penambahan populasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar