Tingkat kepadatan yang tinggi, kebiasaan penggunaan antibiotik tak benar dan masa istirahat kandang yang pendek jadi sebab CRD sulit diberantas tuntas
Pertengahan November lalu, kandang pullet (calon layer) kapasitas 38 ribu ekor itu tercatat oleh Muning memasuki pekan ke-4 terserang CRD (cronic respiratory disease), penyakit yang disebabkan Mycoplasma gallisepticum. Veterinary Representative PT Romindo Primavetcomitu mengungkapkan, layer dalam flok tersebut terdeteksi CRD sejak ayam umur 7 minggu, dan kini masuk umur 11 minggu masih menunjukkan gejala ngorok.
Diterangkan Muning, di umur 7 minggu ia melakukan bedah bangkai pada ayam yang sakit dan mendiagnosaayam-ayam itu positif CRD. Diagnosa kala itu murni CRD tanpa komplikasi kasus lain karena ia menemukan kelainan patologi anatomi sebataseksudat di trakhea dan perdarahan yang belum terlalu parah. Pengobatan dilakukan dengan terapi antibiotik enrofloksasin selama 5 hari, tetapi ayam tak kunjung sembuh. Ia pun selanjutnya hanya memberikan multivitamin sebagai supporting teraphy.
Kasus yang semula CRD murni berkembang menjadi kompleks karena adanya infeksi ikutan (infeksi sekunder). “E. coli ikut nimbrung, sehingga berkembang jadi CRD kompleks,” kata pemilik nama lengkap Muning Edi Swasono ini. Adanya komplikasi colibacilosis ditandai ciri keruhnya kantung hawa dan adanya perkejuan (massa padat semacam keju) di dalamkantung hawa serta pericardium(selaput pembungkus)jantung.
Setelah positif CRD kompleks, Muning mengaku memberikan preparat doxcicyclin yang berlanjut sampai pekan ke-4. “Sekarang masih di-treatment doxicyclin, masih ngorok dan dipantau perkembangannya,” imbuh dia. Disebut Muning, dalam sehari kematian (mortalitas) bisa 40 ekor. Kematian tinggikarena terjadi komplikasi. Kata Muning lagi, kalau sebatas CRD murni kematian biasanya tidak ada, sementara morbiditas (kesakitan) hanya sekitar 7 %.
Untuk kasus kali ini, Muning mencatat, perlu waktu 2 minggu CRD murni pada ayam-ayam tersebut berkembang menjadi CRD kompleks. Meski demikian, rentangwaktu tersebut di lapangan sangat bervariasi, tergantung tingkat tantangan (challenge) yang menyerang. “Di peternakan yang risikonya lebih tinggi lagi, peralihan menjadi CRD kompleks bisa berlangsung hanya dalam waktu 1 minggu atau bahkan lebih cepat,” imbuhnya.
Berdasarkan sejarahnya, kandang pelanggan Muning ini hampir tiap periode diserang CRD. Padahal kandang yang semula bertipe terbuka itu sekarang sudah dikonversi jadi semi cloused house berlantai postal, dan populasinya satu kelompok umur. Tetapi masih saja langganan CRD. “Riwayatnya berulang terkena CRD, lokasi berdekatan dengan kandang milik peternak lain, jaraknya tidak lebih dari 1 km. Sehingga challenge atau tantangan CRD di daerah ini tinggi,” papar Muning lagi.
Selain itu, ia punya asumsi, variabel istirahat kandang yang tidak ideal dan litter (sekam alas lantai) yang terlalu banyak debu berkontribusi signifikan sebagai pemicu kejadian (predisposisi) CRD di kandang tersebut. “Kalaukepadatan masih OK, saya nilai litter-nya yang sangat berpengaruh,” ia mengurai analisis. Antisipasi yang ia tawarkan adalah menyemprot litter dengan cairan desinfektan sehingga meminimalkan debu. Penggunaan glutaraldehyde bisa dipilih, sehingga ayam tidak harus dievakuasi ketika dilakukan penyemprotan.
Tinggi di Broiler
Banyaknya kasus CRD di lapangan saat ini dibenarkan Technical and Marketing Manager PT Ceva Animal Health Indonesia, Ayatullah M Natsir. Kali ini ia menunjuk peternakan broiler. Menurut dia, kasus pernafasan pada broiler khususnya di umur kisaran 3 minggu sedang banyak. Dan diagnosa CRD kompleks menjadi salah satu yang paling kerap muncul.
Ayat juga mengatakan, penyakit pernafasan yang disebabkan mycoplasma murni jarang, umumnya terjadi komplikasi. Infeksi sekunder yang membersamai antara lain colibacilosis, ND (new castle disease) atau IB (infectious bronchitis).
Faktor predisposisi CRD paling umum adalah tingginya ammonia di kandang, kepadatan tinggi dan telat penjarangan populasi. Dan umur 3 minggu menjadi kritis, kata Ayat, karena di umur itu ammonia menumpuk. Belum lagi, pada umur 2 minggu biasanya dilakukan vaksinasi ND live. Ini berpotensi sebagai faktor pencetus karena sifat ammonia dan vaksin ND “merusak”silia saluran nafas.
Sementara itu, dimintai keterangan, Nurvidia Machdum Technical Departement Manager PT Romindo Primavetcom menjelaskan sejatinya serangan mycoplasma ada 2 jenis. Mycoplasmosis yang menyerang sistem pernafasandan biasa disebut CRD, disebabkan oleh agen Mycoplasma gallisepticum (MG). Jenis inipaling sering dibarengi dengan penyakit lain seperti colibacilosis sehingga disebut CRD kompleks. Yang kedua disebabkan oleh Mycoplasma sinoviae yang menyerang sendi dan menyebabkan sinovitis (radang sendi). Jenis yang kedua ini lebih sedikit ditemukan.
artikel TROBOS Livestock Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar